Pakta
Pertahanan Atlantik Utara atau biasa kita kenal dengan North Atlantic Treaty
Organization (NATO), akhirnya mengerahkan pasukan terbaiknya yaitu NATO
Response Force (NRF) ke negara anggotanya yang dekat dengan situasi konflik antara Ukraina dan Rusia. Tahun 2022 menjadi
saksi sejarah untuk pertama kalinya pasukan NRF itu diaktifkan.
Lalu apa itu NATO Response Force sebenarnya? Melalui
artikel ini saya akan mencoba menjelaskan secara ringkas apa itu NRF
sebenarnya, bagaimana tujuan dan sejarah dibentuknya pasukan NRF tersebut.
Apa itu NATO Response Force (NRF)?
NATO Response Force (NRF) merupakan kekuatan multinasional yang pasukannya terdiri dari berbagai negara anggota NATO itu sendiri. Pasukan NRF ini merupakan pasukan khusus yang dilengkapi persenjataan dengan teknologi yang sudah modern, baik itu di darat, di laut, dan di udara.
Tujuan NATO Response Force (NRF)
Tujuan
dibentuknya NATO Response Force (NRF) adalah untuk dapat memberikan respon
militer yang cepat terhadap krisis yang muncul, baik untuk tujuan pertahanan bersama
(negara anggota NATO) atau untuk respon operasi krisis lainnya.
NRF
memberikan aliansinya sarana untuk merespons dengan cepat berbagai jenis krisis
di mana pun di dunia. NRF juga merupakan mesin penggerak untuk transformasi
militer NATO.
NRF
juga terbuka untuk negara-negara mitra, setelah disetujui oleh Dewan Atlantik
Utara. Adapun partisipasi dalam NRF didahului dengan persiapan nasional,
diikuti dengan pelatihan peserta lain di angkatan multinasional.
Sejarah NATO Response Force (NRF)
NATO
Response Force (NRF) dibuat pada tahun 2002, sejalan dalam kata -kata
Jenderal James Jones, Komandan Tertinggi Sekutu Eropa NATO (SACEUR), “NATO
tidak akan lagi memiliki unit-unit besar dan bermassa yang diperlukan untuk
Perang Dingin, tetapi akan memiliki pasukan yang gesit dan cakap pada tingkat
Kesiapan Lulus yang akan lebih mempersiapkan Aliansi untuk menghadapi ancaman
apa pun yang mungkin dihadapi di abad ke-21 ini.”
Namun konsep terbentuknya NRF baru disetujui satu tahun setelahnya, yaitu pada tahun Juni 2003, oleh Allied Ministers of Defence di kota Brussel.