MrJazSohani SharmaAhmedabadAhmedabad

Pandangan Studi Hubungan Internasional Mengenai Sistem Internasional dan Alasan Isu Keamanan Internasional Menjadi Penting Bagi Cendekia HI Untuk Ditelaah

Dalam studi Hubungan Internasional (HI), pemahaman tentang sistem internasional merupakan aspek fundamental yang menjelaskan bagaimana negara-negara dan aktor lain di dunia berinteraksi. Sistem ini mencakup keseluruhan dinamika antara aktor-aktor di panggung global, mulai dari negara-negara berdaulat hingga organisasi internasional, perusahaan multinasional, hingga kelompok-kelompok non-pemerintah.

1. Realisme: Sistem Internasional Sebagai Arena Kompetisi Kekuatan

Realisme merupakan salah satu teori utama dalam Hubungan Internasional yang berfokus pada sifat anarkis dari sistem internasional. Menurut kaum realis, tidak ada otoritas pusat yang mengatur hubungan antarnegara, sehingga negara-negara harus bergantung pada diri mereka sendiri untuk menjaga keamanan dan kelangsungan hidup. Dalam pandangan ini, sistem internasional adalah arena di mana negara-negara terus bersaing demi kekuatan dan pengaruh. Setiap negara dipandang sebagai aktor yang rasional dan berusaha semaksimal mungkin meningkatkan kekuatannya demi mengamankan posisi dalam lingkungan yang tidak dapat diprediksi ini.

Dalam konteks realisme, konsep balance of power menjadi penting. Negara-negara cenderung membentuk aliansi atau memperkuat militer mereka untuk menyeimbangkan kekuatan negara lain, mencegah satu negara atau koalisi mendominasi sistem internasional. Perang, konflik, dan aliansi adalah bagian tak terelakkan dari sistem ini, karena keamanan tidak pernah sepenuhnya terjamin.

2. Liberalisme: Sistem Internasional yang Diwarnai Kerja Sama

Berbeda dengan kaum realis, liberalisme melihat sistem internasional bukan hanya sebagai arena kompetisi, tetapi juga sebagai peluang untuk kerja sama. Dalam pandangan ini, negara-negara tidak hanya termotivasi oleh keamanan dan kekuatan, tetapi juga oleh keuntungan yang dapat diperoleh melalui interaksi yang damai dan kolaboratif.

Dalam konteks ini, institusi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), atau Uni Eropa memainkan peran penting dalam memfasilitasi kerja sama antarnegara. Institusi-institusi ini membantu menciptakan aturan dan norma yang mengurangi ketidakpastian dalam hubungan internasional dan mendorong dialog serta kerja sama dalam berbagai isu seperti perdagangan, keamanan, dan lingkungan.

Liberalisme juga menekankan pada interdependensi ekonomi. Hubungan ekonomi yang saling bergantung antara negara-negara dianggap menciptakan insentif untuk menghindari konflik, karena perang dapat merusak keuntungan ekonomi yang dihasilkan dari perdagangan dan investasi internasional.

3. Konstruktivisme: Sistem Internasional yang Dibentuk oleh Norma dan Identitas

Sementara realisme dan liberalisme berfokus pada materi, seperti kekuatan militer dan keuntungan ekonomi, konstruktivisme menekankan pentingnya norma, nilai, dan identitas dalam membentuk sistem internasional. Dalam pandangan ini, sistem internasional bukan hanya struktur fisik yang anarkis atau tempat kerja sama ekonomi, tetapi juga merupakan hasil dari bagaimana negara-negara memahami diri mereka sendiri dan hubungan mereka dengan negara lain.

Menurut konstruktivisme, norma-norma internasional dan persepsi tentang identitas memainkan peran penting dalam menentukan perilaku negara. Misalnya, norma anti-proliferasi nuklir bukan hanya tentang ketakutan terhadap dampak senjata nuklir, tetapi juga tentang norma internasional yang berkembang bahwa senjata nuklir tidak dapat diterima.

Konstruktivis berargumen bahwa negara-negara berperilaku sesuai dengan norma-norma dan ide yang mereka yakini penting. Misalnya, hubungan antarnegara dapat dipengaruhi oleh persepsi budaya, sejarah, dan ideologi yang mereka miliki, dan bukan hanya oleh kepentingan materi mereka.

4. Teori Marxis dan Neo-Marxis: Sistem Internasional yang Eksploitatif

Teori Marxis melihat sistem internasional dari sudut pandang ekonomi global dan mengkritik dinamika kapitalisme sebagai sumber ketidakadilan dan ketidaksetaraan di antara negara-negara. Dalam pandangan Marxis, hubungan internasional bukanlah sekadar hubungan politik atau militer, tetapi juga hubungan ekonomi yang didominasi oleh eksploitasi kelas dan negara.

Dalam sistem internasional yang dipandang dari perspektif Marxis, negara-negara kaya dan maju (sering disebut Global Utara) mengeksploitasi sumber daya dan tenaga kerja negara-negara miskin dan berkembang (Global Selatan). Hubungan ini mencerminkan ketimpangan yang melekat dalam kapitalisme global, di mana negara-negara kuat memaksakan struktur ekonomi yang memperkuat posisi mereka di puncak hierarki ekonomi global. Neo-Marxisme menambahkan bahwa imperialisme dan kolonialisme adalah manifestasi dari hubungan eksploitatif ini.

5. Neo-Realisme (Realisme Struktural): Fokus pada Struktur Sistem Internasional

Neo-realisme, atau realisme struktural, mengembangkan realisme klasik dengan menekankan pada pentingnya struktur internasional yang anarkis dalam mempengaruhi perilaku negara. Dalam pandangan ini, distribusi kekuatan dalam sistem internasional adalah faktor utama yang menentukan bagaimana negara berperilaku. Negara-negara berusaha bertahan hidup dalam sistem yang anarkis dengan menyesuaikan diri pada posisi mereka dalam hierarki kekuatan.

Neo-realis berfokus pada distribusi kekuatan dalam sistem internasional, apakah itu unipolar, bipolar, atau multipolar. Misalnya, selama Perang Dingin, sistem internasional dipandang sebagai sistem bipolar yang relatif stabil karena keseimbangan kekuatan antara dua negara adidaya, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dalam konteks unipolar setelah Perang Dingin, dengan dominasi Amerika Serikat, neo-realisme melihat ketidakstabilan dan ketidakpastian yang lebih besar.

6. Neo-Liberalisme (Institusionalisme): Institusi sebagai Solusi untuk Anarki

Sementara neo-realisme menekankan pada struktur anarkis, neo-liberalisme atau institusionalisme percaya bahwa meskipun sistem internasional anarkis, negara-negara dapat membangun institusi internasional yang mengurangi dampak negatif dari anarki. Institusi internasional membantu menciptakan aturan-aturan dan norma-norma yang memungkinkan negara-negara untuk bekerja sama dengan lebih baik meskipun tidak ada otoritas dunia yang mengatur.

Institusionalis berpendapat bahwa institusi internasional memfasilitasi kerja sama dengan mengurangi ketidakpastian, memberikan informasi, serta menciptakan forum untuk negosiasi dan penyelesaian sengketa. Dengan cara ini, institusi dapat membantu negara-negara mengatasi masalah "dilema keamanan" yang diidentifikasi oleh kaum realis.

Mengapa Penting untuk Ditelaah?

Mengapa isu keamanan penting bagi cendekia Hubungan Internasional (HI) untuk ditelaah? Karena tidak adanya kedaulatan dunia atas bangsa-bangsa, maka ancaman sering terjadi pada sektor keamanan. Mereka (Negara) yang memiliki power lebih kuat, dapat mendominasi dan mempengaruhi negara yang lebih lemah dalam berbagai sektor bidang, salah satunya adalah ancaman dalam bidang militer seperti invasi militer. Bahkan jika sebuah negara tersebut tidak memiliki kedaulatan yang kuat, dapat diperlakukan seperti budak dengan melakukan apa yang negara lain inginkan.

Maka dari itulah isu keamanan penting untuk ditelaah cendikia HI, seperti menganalisis bagaimana sikap suatu negara atau kebijakan luar negeri suatu negara.

Ahmad Iqbal

Aku tidak sebaik yang kamu pikirkan, dan aku tidak seburuk yang kamu bayangkan.

Post a Comment

PERHATIAN !!
1) Gunakan kata-kata yang sopan dan baik.
2) Mohon untuk tidak komentar yang saling mengejek,dilarang SARA dan RASIS.
3) Dilarang Comment Link Aktif.
4) Komentar buruk anda akan dihapus jika melanggar ketentuan di atas.

Previous Post Next Post