Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Lebanon mungkin tidak sepopuler hubungan dengan negara-negara besar lain, tetapi memiliki fondasi sejarah dan dimensi geopolitik yang signifikan.
Sebagai dua negara dengan latar belakang budaya, agama, dan politik yang berbeda, Indonesia dan Lebanon telah menjalin hubungan yang saling menguntungkan dalam kerangka diplomatik, ekonomi, dan terutama dalam bidang perdamaian dan keamanan.
Artikel ini akan menggali sejarah hubungan kedua negara, dimulai dari masa penjajahan, pengakuan diplomatik, hingga peran Indonesia dalam menjaga perdamaian di Lebanon melalui kontribusi pasukan penjaga perdamaian PBB.
Awal Mula Hubungan Diplomatik
Hubungan resmi antara Indonesia dan Lebanon dimulai pada
tahun 1950-an, setelah Indonesia merdeka dari Belanda pada tahun 1945 dan
Lebanon merdeka dari Prancis pada tahun 1943. Kedua negara, yang sama-sama baru
merdeka, menghadapi tantangan yang mirip dalam menata diri sebagai negara
berdaulat di tengah dinamika politik global pasca-Perang Dunia II. Dalam
konteks geopolitik global, Indonesia dan Lebanon berbagi pengalaman yang sama
dalam perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme Barat.
Pada tahun 1950, Indonesia secara resmi membuka hubungan
diplomatik dengan Lebanon, menjadikan negara tersebut salah satu mitra awal
Indonesia di Timur Tengah. Hubungan diplomatik ini merupakan bagian dari upaya
Indonesia untuk memperluas pengaruhnya di dunia internasional, khususnya di
negara-negara Timur Tengah yang memiliki kesamaan pengalaman dalam perjuangan
kemerdekaan dan menentang kolonialisme. Lebih jauh lagi, hubungan ini didorong
oleh solidaritas di antara negara-negara mayoritas Muslim dan peran Indonesia
sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.
Dukungan Indonesia terhadap Palestina dan Dampaknya pada Hubungan dengan Lebanon
Seiring berkembangnya hubungan Indonesia dengan Lebanon,
salah satu isu penting yang mempengaruhi diplomasi kedua negara adalah sikap
terhadap konflik Arab-Israel. Indonesia, sejak awal berdirinya, telah
menyatakan dukungan penuh terhadap kemerdekaan Palestina. Konflik
Palestina-Israel, yang juga mempengaruhi keamanan dan stabilitas di Lebanon,
menjadi salah satu topik penting dalam hubungan diplomatik kedua negara.
Lebanon, yang berbatasan langsung dengan Israel dan menjadi
tempat pengungsian bagi ratusan ribu pengungsi Palestina, memiliki peran
sentral dalam dinamika konflik tersebut. Indonesia, melalui forum internasional
dan dalam kerangka Gerakan Non-Blok (GNB), sering bersuara untuk mendukung
Lebanon dalam menentang agresi Israel, khususnya selama perang-perang besar
yang melibatkan Lebanon, seperti Perang Lebanon 1982.
Posisi Indonesia yang konsisten dalam mendukung hak-hak
rakyat Palestina dan menyerukan penghentian kekerasan di Timur Tengah
mendapatkan apresiasi dari Lebanon. Sebagai salah satu negara yang menjadi
korban langsung dari konflik regional, Lebanon menghargai dukungan politik dan
moral dari Indonesia. Kerjasama dalam berbagai forum internasional, termasuk di
PBB dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI), menunjukkan kedekatan pandangan kedua
negara dalam isu-isu Timur Tengah.
Peran Indonesia dalam Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon
Salah satu kontribusi paling nyata dari Indonesia dalam
hubungan bilateral dengan Lebanon adalah melalui keterlibatannya dalam Pasukan
Sementara PBB di Lebanon, atau yang dikenal sebagai UNIFIL (United Nations
Interim Force in Lebanon). UNIFIL dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB pada tahun
1978, setelah pecahnya konflik bersenjata antara Israel dan milisi Palestina di
Lebanon Selatan. Tugas utama UNIFIL adalah mengawasi penarikan pasukan Israel
dari Lebanon dan membantu pemerintah Lebanon dalam menjaga perdamaian dan
stabilitas di wilayah tersebut.
Indonesia telah mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke
Lebanon sejak tahun 2006, sebagai bagian dari kontribusinya untuk menciptakan
perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut. Terkait dengan Resolusi 1701
Dewan Keamanan PBB, Indonesia menjadi salah satu penyumbang pasukan terbesar
dalam misi UNIFIL, yang terdiri dari Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pasukan
Indonesia bertugas di wilayah Lebanon Selatan, yang menjadi salah satu daerah
paling rawan konflik.
Keikutsertaan Indonesia dalam UNIFIL bukan hanya menunjukkan
komitmen Indonesia terhadap perdamaian dunia, tetapi juga memperkuat hubungan
bilateral dengan Lebanon. Masyarakat Lebanon secara umum mengapresiasi
kehadiran pasukan Indonesia, yang dikenal memiliki kedekatan budaya dan
religius dengan masyarakat setempat. Pasukan Indonesia tidak hanya berperan
dalam menjaga perdamaian, tetapi juga sering terlibat dalam kegiatan sosial dan
kemanusiaan, seperti memberikan bantuan medis dan pendidikan kepada warga Lebanon.
Hubungan Ekonomi dan Perdagangan
Di luar bidang diplomasi dan perdamaian, hubungan ekonomi
antara Indonesia dan Lebanon masih relatif kecil jika dibandingkan dengan
hubungan Indonesia dengan negara-negara lain di Timur Tengah. Namun, ada
potensi besar untuk meningkatkan kerjasama di bidang ini, terutama dalam sektor
perdagangan, pariwisata, dan investasi.
Salah satu komoditas utama yang diekspor Indonesia ke
Lebanon adalah produk-produk pertanian, seperti minyak sawit, karet, kopi, dan
rempah-rempah. Di sisi lain, Lebanon mengekspor produk-produk makanan olahan,
anggur, dan produk pertanian lainnya ke Indonesia. Meskipun volume perdagangan
ini masih kecil, namun memiliki potensi untuk berkembang lebih jauh, terutama
jika kedua negara dapat memperkuat kerjasama bilateral dalam sektor ekonomi.
Selain itu, Indonesia dan Lebanon juga memiliki potensi
besar untuk meningkatkan kerjasama di sektor pariwisata. Indonesia, dengan
keindahan alamnya yang terkenal di dunia, dapat menarik lebih banyak wisatawan
dari Lebanon, yang selama ini lebih banyak mengunjungi negara-negara Eropa dan
Timur Tengah. Sebaliknya, Lebanon yang memiliki sejarah dan budaya yang kaya,
serta pemandangan alam yang indah, juga dapat menjadi destinasi yang menarik
bagi wisatawan Indonesia.
Tantangan dan Prospek Masa Depan
Meskipun hubungan Indonesia dengan Lebanon berjalan relatif
baik, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi untuk memperkuat hubungan ini
di masa depan. Salah satu tantangan terbesar adalah ketidakstabilan politik di
Lebanon, yang sering kali dipicu oleh dinamika politik internal dan konflik
regional. Krisis politik dan ekonomi yang melanda Lebanon dalam beberapa tahun
terakhir, termasuk ledakan besar di pelabuhan Beirut pada tahun 2020, menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas negara tersebut.
Di sisi lain, Indonesia terus berusaha memperkuat hubungan bilateral dengan Lebanon melalui berbagai inisiatif diplomatik dan kerjasama multilateral. Salah satu cara untuk mempererat hubungan ini adalah dengan memperluas kerjasama ekonomi, termasuk di bidang perdagangan, investasi, dan infrastruktur. Indonesia juga dapat memanfaatkan kedudukannya sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan Lebanon, yang memiliki populasi Muslim dan Kristen yang signifikan.